ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Kesan tentara yang keras, sangar dan galak tidak lagi melekat di dalam pandangan masyarakat. Hal ini terbukti dengan keberadaan Kopda Syarif Hidayatulloh dan Kopda Nasru, dua anggota Yonif Raider 321/Galuh Taruna Kostrad yang mengabdikan diri sebagai guru disamping ditugaskan untuk menjaga perbatasan Indonesia dan Republik Demokratis Timor Leste. Mereka terpanggil untuk mengajar anak-anak sekolah dasar di sana.
Baca Juga: Kisah PRAPTO BLACK, Sang PROVOST: Beramal Dengan GRATISKAN Soto Setiap Jumat...BEGINI ALASANNYA...!
Saat itu keduanya merasa terenyuh melihat kurangnya guru daerah Manusasi. Kopda Nasru dan Kopda Jamil pun menawarkan diri untuk mengajar di sela-sela tugas utama mereka menjaga keamanan di perbatasan.
"Kami ditugaskan di NTT untuk menjaga perbatasan RI-RDTL itu memang menjadi tugas pokok kami, namun kami melihat kondisi di wilayah tanggung jawab kami di daerah Manusasi melihat sekolah dengan keterbatasan guru yang ada dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak generasi penerus bangsa kami merasa terpanggil," kata tamtama TNI AD ini.
Setiap Jumat pagi mereka berangkat ke sekolah SD di Manusasi. Mereka memberikan materi IPS, Geografi, PBB dan Bela Negara.
"Murid kami seluruhnya 70 orang," ucapnya bangga.
Baca Juga: WOW...! Karena INDONESIA, Amerika KALAH Perang di Vietnam. Ternyata Ini RAHASIANYA...!
Kepala sekolah SD di Manusasi, Agustinus mengaku senang dengan keberadaan Kopda Nasru dan Kopda Syarif. Kesan galak dan seram seorang tentara tak tampak saat keduanya mengajar.
"Kami sangat terbantu sekali mereka mampu merubah karakter dan mewarnai anak anak menjadi lebih disiplin dan semangat dalam menempuh cita citanya," kata Agustinus.
"Sudah menjadi panggilan jiwa setiap prajurit untuk dapat mengabdikan dirinya dalam membantu mengatasi kesulitan masyarakat di sekelilingnya. Berbuat terbaik, tulus dan ikhlas menjadi bagian dari motivasi dalam pelaksanaan tugas," kata Kapen Kostrad, Letnan Kolonel Inf Agus Bhakti soal pengabdian dua prajuritnya itu.
Baca juga:
Sumber: merdeka.com
0 Response to "Kisah Prajurit KOSTRAD Yang Menjadi Guru di Perbatasan."
Post a Comment