ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Mereka tegar sekali, berjalan dengan sikap sempurna sebagai prajurit menuju tiang gantungan. Mereka digantung bergantian memakai satu tali gantungan.
Pahlwan Nasional Usman dan Harun, Anggota KKO yang tewas ditiang gantungan
Pemberian nama Usman Harun kepada kapal perang itu mendapat tentangan keras dari pemerintah Singapura. Alasannya penamaan kapal perang tersebut akan melukai perasaan rakyat negeri jiran itu.
Usman dan Harun sendiri merupakan anggota satuan elite Marinir (KKO) yang ditugaskan mengebom pusat keramaian di Singapura pada 1965. Keduanya adalah marinir yang melaksanakan tugas negara pada periode konfrontasi dengan Federasi Malaya. Setelah tertangkap, keduanya kemudian dieksekusi dengan cara digantung pada 17 Oktober 1968.
Digantungnya dua prajurit KKO mengakibatkan aksi demonstrasi terjadi di mana-mana. Rakyat menuntut agar Presiden Soeharto menyatakan perang dengan Singapura.
Dalam buku 'Singapura Basis Israel Asia Tenggara', Rizki Ridyasmara menuliskan; "Kala itu bahkan terdengar suara bahwa KKO sudah siap menyerang Singapura dan dalam tempo dua jam sanggup menenggelamkan negara kecil tersebut ke dasar Selat Malaka".
Dalam buku setebal 212 halaman tersebut, Rizki menuliskan, ancaman KKO tersebut bukan gertakan semata. Saat itu, kekuatan armada perang Republik Indonesia warisan Presiden Soekarno sangat ditakuti di Asia Tenggara.
"Australia pun kecut untuk berbuat macam-macam dengan Indonesia. Soekarno telah mewariskan armada perang yang kuat kepada Soeharto", tulis Rizki dalam Bab IV: Moncong Meriam di Jidat Indonesia.
Namun sayang, Presiden Soeharto yang baru memimpin republik ini belum menyatakan perang dengan negara yang luasnya tidak lebih dari dua kali Kabupaten Karawang itu. Oleh Soeharto , keduanya langsung diberi gelar pahlawan dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Misi Negara
Bermula dari pidato Presiden Soekarno di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Monumen Nasional), 27 Juli 1963. Para pemuda, termasuk Usman dan Harun, tergerak mendaftar menjadi relawan Ganyang Malaysia. Bahkan jumlah mereka mencapai 21 juta orang.
Singapura saat masa konfrontasi, 1963-1965, terasa mencekam. Pemerintah negara kota itu sudah memperingatkan penduduk lewat siaran televisi dan radio agar menjauhi tempat-tempat keramaian. Sebab ledakan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.
Era konfrontasi dipicu oleh berdirinya negara Federasi Malaysia pada 1957. Presiden Soekarno menudingnya sebagai negara boneka Inggris, serta dibentuk untuk melemahkan perekonomian Indonesia. Dalam pidato 27 Juli 1963 di Lapangan Ikada, Soekarno mengobarkan slogan Ganyang Malaysia.
Sejak pidato Soekarno pula, kecemasan dan ketakutan melanda warga Singapura. Penduduk di kampung-kampung giat melaksanakan ronda malam. Dari data kepolisian Singapura, kata Salim, selama masa konfrontasi terjadi 42 ledakan di seantero Negeri Singa itu.
"Waktu itu hampir semua pemuda rela mati demi mempertahankan keutuhan bangsa dari para penjajah, termasuk Usman dan Harun," kata Manoar Nababan, pensiunan Korps Komando Operasi (KKO) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut berpangkat Pembantu Letnan Satu.
Sebelum melancarkan perang terbuka Indonesia melancarkan operasi hitam atau misi intelijen untuk mengacak-acak negara musuh. Ada 30 prajurit KKO, termasuk Usman dan Harun, diterjunkan untuk melaksanakan misi sabotase di Singapura.
0 Response to "MARINIR Siap TENGGELAMKAN Singapura, Jika Anggotanya DIGANTUNG .... !!!"
Post a Comment